Rabu, 02 Januari 2013

tugas laporan perjalanan ke graha tek.jakabaring


Graha Teknologi Jakabaring

Waktu Pelaksanaan Kegiatan    : 10.00 Wib
Tempat                         : Jakabaring ( Sumatera Selatan )
Tujuan Kegiatan                       : Mengunjungi dan melihat langsung koleksi alat di Graha 
 Teknologi  Jakabaring
Hasil Perjalanan                        :
Graha Teknologi Sriwijaya adalah salah satu science center di Indonesia yang ada di Palembang berfungsi sebagai sarana ilmu pengetahuan teknologi di luar sekolah. Berbagai program disusun dengan pola perpaduan unsur pendidikan dan hiburan, tujuannya adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan teknologi kepada masyarakat secara mudah, menarik dan berkesan. Melalui berbagai macam alat peraga ilmu pengetahuan teknologi  dan berbagai kegiatan yang di kemas secara menarik.

Graha Teknologi Sriwijaya memiliki berbagai macam alat peraga ilmu pengetahuan teknologi  interaktif, yang dapat di indra langsung oleh para pengunjung. Merupakan sajian utama Graha Teknologi Sriwijaya selain dari program-program kegiatan lainnya yang bersifat menghibur.
Perjalanan kali ini mahasiswa diajak melihat dan memperagakan langsung penggunaan beberapa alat – alat yang berhubungan langsung dengan ilmu pengetahuan alam khususnya Fisika. Dalam perjalanan singkat itu mahasiswa dilibatkan langsung dalam demo beberapa prinsip yang ada di bidang ilmu fisika, demo ini merupakan salah satu penerapan fisika dalam kehidupan sehari-hari.
            Demo fisika yang dikemas dalam peragaan sederhanaan yang dapat memberikan kemudahan dalam memahami terapan ilmu fisika. Demo yang dilakukan mengenai Hukum Newton, Gaya dan Larutan asam basa. Dalam peragaannya mahasiswa diminta untuk memperkirakan hal yang terjadi setelah dilakukan percobaan.

Alat yang digunakan pada demo tersebut antara lain :
Percobaan Hukum Newton :
Telur dengan massa yang telah ditetapkan, gelas, piring kecil.
Percobaan Gaya :
Kelereng, Gelas, Bidang datar persegi dengan empat tali penggantung dan satu titik tumpu.
Percobaan Larutan asam basa :
Air mineral, larutan iodin dan larutan jeruk nipis.
            Setelah menyaksikan demo mahasiswa diperbolehkan menggunakan alat yang terdapat di graha teknologi tersebut. Pada setiap alat terdapat petunjuk percobaan dan pejelasan tentang proses yang terjadi pada percobaan tersebut. Mahasiswa merasakan banyak manfaat dalam perjalanan singkat berkunjung ke Graha Teknologi Jakabaring.



1. METODE INKUIRI
1.1  Definisi Metode Inkuiri
Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai metode yang cukup efektif adalah metode inquiry. David L. Haury dalam artikelnya, Teaching Science Through Inquiry (1993) mengutip definisi yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu (Haury, 1993).
Menurut Mulyani Sumantri (1999) Metode inkuiri (penemuan) adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan informasi dengan tanpa bantuan guru.

Menurut Sumantri M. Dan Johar Permana (2000:142) adalah cara penyajian pelajaran dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode Inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena Metode Inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental untuk penemua suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang diberikan guru.
Menurut Moedjiono, dkk (1992) mengatakan bahwa metode penemuan adalah bentuk intraksi belajar mengajar yang yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi.
Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses ilmiah, pengetahuan vocabulary dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan bahwa metode inquiry tidak saja meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam Sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004)
Jadi Metode Inkuiri adalah pelaksanaan belajar mengajar dengan cara siswa mencari dan menemukan konsep dengan atau bantuan dari guru.
1.2  Komponen umum metode inkuiri
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan Variety of Resources (Garton, 2005).
Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini – sesuai dengan Taxonomy Bloom – siswa dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
Student Engangement.
                    Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam melakukan sebuah investigasi.
Cooperative Interaction.
                   Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua jawaban benar.
Performance Evaluation.
                   Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
1.3  Alasan Penggunaa Metode Inkuiri
a)    Alasan penggunaan Metode Inkuiri dalam pembelajaran menurut Sumantri M dan Johar Permana (2000: 142-143) adalah sebagai berikut:
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat , guru dituntut untuk kreatif dalam menyajikan pembelajaran agar anak didik dapat menguasai pengetahuan sesuai dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Salah satu langkah guru dalam menyikapi hal tersebut adalah menyajikan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri.
b)    Belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah, tetapi juga dari lingkungan
Kita harus menanamkan pemahaman anak didik bahwa belajar tidak hanya diperoleh dari sekolah tetapi juga dari lingkungan sedini mungkin. Metode Inkuipi dapat membantu guru dalam menanamkan pemahaman tersebut. Metode ini mengajak siswa untuk belajar mandiri dengan maupun tanpa bimbingan dari guru.Siswa mwngembangkan kemampuan yang diperoleh dari lingkungannya untuk menemukan suatu konsep dalam pembelajaran.
c)     Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri tentang kebutuhan belajarnya Metode ini menekankan pada keaktifan siswa mnemukan suatu konsep pembelajaran dengan kemampuan yang dimilikinya. Dengan langkah pembelajaran tersebut aka siswa akan dapat memiliki kesadaran tentang kebutuhan belajarnya.
d)    penanaman kebiasaan belajar berlangsung seumur hidup
Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup dapat dilaksaakan dengan metode inkuiri. Dalam metode ini siswa diarahkan untuk selalu mengembangkan pola pikirnya dalam mengembangkan konsep pembelajaran. Siswa dituntut untuk selalu mencari pengetahuan yang menunjang pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran. Hal inilah yang menjadi langkah awal guru dalam penanaman terhadap siswa tentang pengertian bahwa belajar berlangsung seumur hidup.
dan Menemukan sendiri tentang konsep yang dipelajari siswa akan lebih memahami ilmu dan ilmu tersebut akan bertahan lama.
1.4  Langkah-langkah Metode Inkuiri
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan metode inkuiri menurut Ibrahim dan Nur, (2000: 13), antara lain sebagai berikut:
  1. Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran , menjelaskan logistik yangdibutuhkan dan memotivasi siswa terliibat pada aktivitas pemecahan masalah.
  1. Mengorganisasikan siswa dalam belajar
Guru membantu siswa adalam mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas tugas yang berkaitan dengan masaklah serta menyediakan alat
  1. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendporongsiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen yangberkaitan dengan pemecahan masalah
  1. Menyajikan atau mempresentasdikan hasil kegiatan
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan model yang membantui mereka untuk berbagi tugas dengantemannya.
  1. Mengevaluasi kegiatan
Guru membantu sisa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan
Langkah yang digunakan dalam metode inkuiri dimulai dengan mengajarkan beberapa pertanyaan dengan memberikan beberapa informasi secara singkat, diluruskan agar tidak tersesat. Berdasarkan bahan yang ada sisawa didorong untuk berfikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum. Seberapa jauh guru dalam membimbing siswa tergantung pada kemampuan siswaa dan matero yang dipelajari. Metode inkuiri memberi kesempatan siswa menyelidiki dan mewnarik kesimpulan.
1.5  Tujuan Metode Inkuiri
Adapun tujuan dari metode inkuiri adalah sebagai berikut:
a)    Meningkatkan keterlibatan peserta didikdalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
b)    Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pelajarannya
Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan asebagai sumber belajar yang tidakada habisnya
c)     Memberi pengalaman belajar seumur hidup
d)    Meningkatkabn ketrlibatan peserta didikdalam menemukan dan memrosesbahan pelajarannya.
e)    Mengurangi ketergantungna peserta didik padaguru untuk mendaopatkan pengalaman belajarnya
f)      Melatih peserta didik menggali dan memanfaaatkan liongkunean sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
g)    Memberi pengalaman belajar seumur hidup
1.6  Kebaikan Metode Inkuiri
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000:143) kebaikan metode inkuiri adalah:
a)    Siswa ikut berpartisispasi secaraaktif didalam kegiatan belajarnya, sebab metode inkuiri menekankan poad proses pengolahan infpormasi pada peserta didik
Siswa benar-benar dapat memahami suatu konsep dan rumuis, sebab siswa mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep atau rumus tersebut.
b)    Metode ini memungkinkan sikap ilmia h dan menimbulakan semangat ingintahu para siswa.
c)     Dengan menemukan sendiri siswa merasa sanbgat puas dengasn demikian kepuasa mental sebagai nilai intrinsik siswa terpenuhi.
d)    Guru tetap memiliki kontak pribadi
e)    Penemuan yang diperoleh peserta didik dapat menjadi kepemilikan yang sangan sulit dilupakan.
f)      Memberikan kesempatan pada siswa untuk maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuan sendiri.
g)    Memungkinkan bagi siswa untuk memperbaiki dan memperluas kemampuan intelektual secara mandiri.
1.7  Kelemahan Metode Inkuiri
a)    Kurang berhasil bila jumlah siswa dalam jumlah yang banyak dalam satu kelas
b)    Sulit menerapkan metode ini karena guru dan siswa sudah terbiasa dengan metode ceramah dan tanya jawab
c)     Pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri lebih menekankan pada penguasaan kognitif dan mengabaikan aspek keterampilan, nilai dan sikap
d)    Kebebasan yangyang diberikan kepada siswa tidakselamanya dapat dimanfaatkan secara optimal dan sering terjadisiswa kebingungan
e)    Memerlukan sarana dan fasilitas

konstruktivisme

1.      Apa itu Konstruktivisme ?

Konsrutivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme. Konstruktiv berarti bersifat membina, memperbaiki, dan membangun. Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Indonesia berarti paham atau aliran. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Pembelajaran Konstruktivisme adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka.
Pendekatan Konstrukstivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun, mengembangkan pengetahuannya sendiri sebagai hasil dari pengalaman yang diperoleh dari kombinasi pengalaman pribadi seseorang dengan pengalaman yang dikonstruksi dari orang lain.

2.      Siapa tokoh yang mengemukakan teori Konstruktivisme ?

1.      Jean Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism).  Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan mengerjakan operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep realitas dunia. Teori ini memiliki fokus perhatian pada bangkitnya dan dimilikinya schemata—skema bagaimana seseorang mengenal dunia—dalam saat "tingkatan-tingkatan perkembangan", ketika anak-anak menerima cara baru bagaimana secara mental merepresentasikan informasi...
2.      Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri. 
3.      Teori Jhon Dewey dan Von Graselfeld
Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar kontruktivisme adalah Jhon Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa “Constructivist views of learning include a range of theories that share the general perspective that knowledge is constructed by learners rather than transmitted to learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John Dewey”. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon Dewey. Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak selayaknya dibagi ke dalam dua bagian, satunya emotional dan yang lainnya intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya imajinatif.

3.     Mengapa menggunakan teori Konstruktivisme ?

Karena Menurut Piaget pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Belajar merupakan proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang disampaikan. 
Vygotsky juga mengemukakan bahwa belajar itu harus berlangsung dalam kondisi sosial, interaksi sosial itu penting saat siswa menginternalisasikan pemahaman-pemahaman yang sulit, masalah-masalah dan proses.
Penggunaan bahasa yang baik akan mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap konsep-konsep ilmu yang dapat membangun pengetahuan siswa untuk memperoleh kebermaknaan interpersonal. Proses pembelajaran Konstruktivisme lebih memberikan peluang kepada siswa untuk belajar mandiri, mengaitkan pengalaman yang mereka miliki dengan pengetahuan yang diberikan oleh seorang guru.

4.     Bagaimana teori Konstruktivisme ?

Pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.